Enjoy Reading

Minggu, 24 Oktober 2010

Beragam Tantangan Pembangunan

Dua pria bekerja di tempat usaha pemrosesan emas rakyat di Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, pekan lalu. Tempat ini menerima batu dari penambang rakyat. Batu lantas dihancurkan hingga menjadi pasir dengan menggunakan teromol yang diputar memanfaatkan mesin diesel.
Ratusan tahun lalu, Portugis dan Spanyol berjuang mati-matian untuk menemukan asal-muasal rempah-rempah yang begitu mahal harganya di pasar Eropa. Perang dan ekspedisi berat yang menelan cukup banyak korban jiwa harus mereka lalui.
Namun, mimpi akan keuntungan besar jika berhasil memonopoli rempah-rempah, yang merupakan bahan baku pewangi, obat, dan sebagainya, membuat bangsa Eropa tidak kenal menyerah.
Setelah menguasai Gujarat (India) dan Semenanjung Malaka, Portugis akhirnya sampai di Ternate, sumber utama komoditas rempah-rempah cengkeh dan pala, pada 1512. Sejak itu, bangsa-bangsa Eropa lainnya berlomba-lomba menancapkan kuku di wilayah Maluku Utara. Tujuan mereka hanya satu, menguasai sepenuhnya produksi rempah-rempah Maluku Utara yang sangat tinggi nilainya.
Zaman terus berubah. Pada era modern, rempah-rempah sudah bukan lagi komoditas utama dunia yang menjadi rebutan negeri-negeri raksasa. Sumber konflik politik dunia kini beralih ke sumber energi. Bangsa-bangsa di dunia sekarang berebut menguasai sebanyak mungkin wilayah yang memiliki cadangan sumber energi (minyak, gas bumi, dan batu bara) besar.
Meski demikian, sampai sekarang pala dan cengkeh tetap menjadi andalan kebanyakan penduduk Maluku Utara untuk mendulang penghasilan. Mereka tetap hidup dari komoditas itu, yang dahulu memasyhurkan wilayah mereka hingga ke seluruh penjuru dunia.
Komoditas lain yang menjadi andalan kebanyakan penduduk Maluku Utara adalah kelapa. Kondisi ini ditandai, antara lain, dengan banyaknya pohon kelapa yang berjajar di ruas jalan Sofifi-Tobelo, Halmahera Utara. Kelapa diolah oleh masyarakat menjadi kopra untuk kemudian dijual ke luar daerah.
Daya beli
Namun, menurut dosen dan peneliti dari Universitas Khairun, Ternate, Mukhtar Adam, ada persoalan besar yang berkaitan dengan komoditas andalan penduduk Maluku Utara tersebut. Harga pala dan cengkeh kini turun, sedangkan kelapa menghadapi persaingan dari kelapa sawit. ”Pasar sekarang lebih memilih kelapa sawit ketimbang kelapa biasa. Maluku Utara tidak bisa berbuat apa-apa karena memang tidak mempunyai kelapa sawit,” kata Mukhtar.
Dari sejumlah penelitian yang dia lakukan, menurut Mukhtar, daya beli masyarakat Maluku Utara memperlihatkan kecenderungan menurun. Situasi ini dia nilai berkorelasi dengan kondisi pasar yang melingkupi komoditas andalan penduduk Maluku Utara.
Masalah yang mendera sektor perkebunan Maluku Utara bukan itu saja. Ada masalah lain yang lebih pelik, yakni usia tanaman perkebunan yang tua.
Tanaman cengkeh dan kelapa, misalnya, kebanyakan berusia di atas 35 tahun. Kondisi ini menggambarkan bahwa hampir tidak terjadi peremajaan tanaman perkebunan di Maluku Utara. ”Lihat saja pohon-pohon kelapa di sepanjang jalan menuju Tobelo. Pohonnya menjulang tinggi sekali. Ini, kan, tanaman kelapa tua,” tuturnya.
Ketiadaan peremajaan menunjukkan generasi sekarang hanya menjadi penikmat waris dari tanaman perkebunan yang ditanam oleh pendahulu mereka pada masa silam. Situasi ini tidak pelak merupakan isyarat mengkhawatirkan terhadap keberlangsungan kultur perkebunan di Maluku Utara.
Tantangan ekonomi lainnya yang dihadapi Maluku Utara adalah ketergantungan wilayah ini terhadap pasokan produk tanaman pangan dari luar daerah. Sayur-mayur dan beras didatangkan dari Bitung, Sulawesi Utara, dan Makassar, Sulawesi Selatan. Masyarakat Maluku Utara, dinilai Mukhtar, sulit beralih ke kultur tanaman pangan karena mengurus tanaman pangan menuntut ketelatenan yang lebih besar ketimbang mengurus tanaman perkebunan.
Masyarakat Maluku Utara kurang telaten. Lebih mudah mengurus tanaman perkebunan seperti kelapa. Tanam bibitnya dan tinggal tunggu saja hingga menghasilkan buah. Produksi bisa terus berlangsung selama usia tanaman,” ujar Mukhtar.
Sebenarnya ada tiga daerah penghasil beras dan tanaman pangan di Maluku Utara. Semuanya adalah daerah transmigrasi di Pulau Halmahera. Sayangnya, produksi dari daerah ini sulit untuk mencapai daerah-daerah lain di seantero Maluku Utara karena minimnya infrastruktur transportasi. Akibatnya, mendatangkan beras dari Makassar atau sayur-mayur dari Bitung menjadi lebih murah.
Dari sisi sosial, tokoh masyarakat Maluku Utara, Muhammad Yusuf Abdulrahman, melihat bahwa pembangunan daerah-daerah di Maluku Utara memiliki tantangan terbesar yang berasal dari rakyatnya sendiri. Anggota Badan Pekerja MPRS 1966-1971 dan pendiri Universitas Khairun ini menilai rakyat Maluku Utara kebanyakan terbuai oleh kemurahan alam di wilayah mereka.
Selama berabad-abad, kebanyakan warga merasakan bahwa tanpa perlu bekerja keras, mereka tetap bisa makan dengan cukup enak dan kenyang. ”Alam begitu baik. Apa saja bisa mereka peroleh dari kebun,” ujar Yusuf.
Pendatang
Tidak mengherankan, usaha perdagangan dan usaha wiraswasta lainnya di Maluku Utara banyak dilakukan oleh warga pendatang. Etnis China cukup banyak tinggal di Tobelo. Kehadiran mereka tidak bisa dimungkiri memberikan kontribusi cukup besar sehingga Tobelo menjadi kota penting di Maluku Utara, selain Kota Ternate.
Di Ternate, peranan warga pendatang juga besar dalam mendorong perekonomian wilayah tersebut dan wilayah Maluku Utara secara umum. Di pinggir pantai, tidak jauh dari Masjid Agung Al Munawwar, kompleks jajanan yang terdiri dari warung-warung makanan bertenda dimiliki semuanya oleh orang-orang dari Pulau Jawa. Mereka berjualan tahu goreng, ikan bakar, hingga sate kambing.
Kaum pendatang juga merambah usaha pemrosesan emas rakyat di daerah Waringin, Halmahera Utara. Tempat-tempat ini mengolah batu yang disetor oleh penambang. Batu diambil dari sekitar wilayah kerja perusahaan tambang raksasa, PT Nusa Halmahera Minerals.
Samana, misalnya, warga keturunan Bugis, membuka tempat pemrosesan selama tiga tahun terakhir. Bersama dua pekerjanya, ia tinggal di sebuah bangunan kayu di area pemrosesan. Selain mengusahakan tempat pemrosesan, banyak pendatang yang juga bekerja sebagai penambang.
Konflik dengan warga pendatang, menurut Jusuf Sunya, Ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Kota Ternate, tidak pernah terjadi. Penduduk asli Maluku Utara dan pendatang sama-sama melihat bahwa di antara mereka tercipta hubungan yang saling menguntungkan secara ekonomis.
Setelah berdiri sebagai provinsi sendiri sejak 1999, Maluku Utara bersama daerah-daerah di bawahnya kini menjadi aktor utama dalam pembangunan di wilayah mereka. Keberhasilan mengatasi persoalan yang menghadang dan kejelian memanfaatkan ”keunggulan sosial”, seperti sikap terbuka terhadap pendatang, akan menentukan wajah Maluku Utara pada masa depan.


NAMA : MOCHAMAD ZACKY MERDI

KELAS : 1KA31

NPM : 19110510


DOSEN : Asri Wulan


MATA KULIAH : Ilmu Sosial Dasar
Ada cerita apakah di balik beragam tari topeng di Nusantara? Sebagian seni tradisi itu mengisahkan perjalanan cinta manusia, sebagaimana kisah Panji menemukan kekasihnya. Sebagian lagi menggambarkan pemujaan kepada leluhur. 
Semangat itu mengental pada Festival Topeng Nusantara 2010 di Cirebon, Jawa Barat, dengan puncak acara berupa pentas di Panggung Budaya Cilimus, Resort Prima Sangkanhurip, Kuningan, Sabtu (16/10) malam. Festival yang digelar Yayasan Prima Ardian Tana itu menampilkan tarian topeng dari delapan wilayah di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, dan Cirebon, Jawa Barat.
Soal perjalanan cinta manusia tadi bisa kita cermati pada salah satu tari topeng, katakanlah tarian ”Luhur” dari Jawa Tengah. Dalam pertunjukan di tengah gerimis itu, kelompok ini membuka pentas dengan menampilkan Panji Asmara Bangun dan Dewi Sekartaji. Dua sejoli bertopeng wajah putih bersih itu memendarkan kehangatan asmara lewat tarian yang lembut.
Entah bagaimana, tiba-tiba Dewi Sekartaji terlempar ke tengah hutan. Di situ bercokol Klana Sewandana, sosok bertopeng merah mengerikan yang menari dengan kasar. Perempuan cantik itu harus berjibaku menghindari sergapan lelaki tersebut.
Untunglah Panji segera datang. Dia menggempur Klana demi merebut kekasihnya. Klana kalah. Dua manusia yang dimabuk asmara itu pun menyatu kembali.
Narasi ini mengalir lewat sosok-sosok bertopeng yang menari dengan berbagai karakter. Panji digambarkan ganteng dan baik. Dewi cantik dan gemulai. Sebaliknya, Klana hadir sebagai penjahat.
Kisah ini melambangkan pertarungan antara kebajikan lawan kebatilan dan kebajikan yang menang,” kata Edy Prabowo, penari yang memerankan Panji.
Dengan berbagai variasinya, cerita serupa diangkat kelompok tari topeng dari wilayah lain. Petualangan Panji diangkat dalam tarian ”Cupak Gerantang” yang lebih merakyat dari Nusa Tenggara Barat. Tarian ”Centil” dari DKI Jakarta juga menggambarkan sosok Klana yang lebih meriah.
Kisah Pujanggo Anom dari Jawa Timur juga merujuk pada sosok Panji yang tengah menyamar menjadi rakyat jelata. Sosok ini pula yang diangkat dalam salah satu babak tarian ”Panji” dari Cirebon yang dimainkan Wangi Indriya dalam gerak mirip meditasi.
Meski bersumber kisah yang sama, setiap daerah punya bentuk topeng dan tarian khas. Ekspresi topeng dan tari dari Jawa Timur, misalnya, lebih terbuka, penuh gejolak, sebagaimana tergambar lewat adegan salto dan jumpalitan. Tarian dari DKI Jakarta lebih genit. Berbeda dengan karakter Panji dari Cirebon yang lebih anteng. 
Kekayaan
Bagaimana kisah cinta Panji bisa menyebar seperti itu? Menurut Endo Suanda, pengamat seni pertunjukan kelahiran Majalengka, Jawa Barat, kisah Panji tumbuh di kalangan masyarakat pedesaan di sebagian wilayah Nusantara. Diperkirakan, itu berlangsung pada abad ke-15 Masehi sampai abad ke-19 Masehi.
Kisah Panji lekat dengan khazanah lokal, tetapi sebenarnya menyerupai kisah Ramayana dari India—dengan tokoh Rama yang mempertahankan Shinta dari godaan Rahwana. Sosok Panji dalam tari topeng mendekati Rama. Dewi lekat dengan Shinta. Perilaku Klana mirip Rahwana.
Kisah Panji mudah diterima masyarakat umum karena menyuguhkan romantisisme cinta yang digemari banyak orang. Ujung ceritanya selalu sama, yaitu mempertemukan Panji dan Dewi. Namun, perjalanan menuju akhir bahagia itu menarik karena penuh petualangan.
Petualangan itu lantas dimodifikasi sesuai waktu, tempat, dan konteks masing-masing. Pakem cerita menjadi modal untuk berkreasi baru,” kata Endo.
Masyarakat melestarikan kisah ini karena dianggap mencerminkan nilai-nilai luhur. Pengembaraan Panji menemukan kekasihnya menandakan perjuangan seseorang dalam menggapai keinginan. Ini semacam peringatan: jika mau bekerja keras mengatasi berbagai rintangan, siapa pun bisa mewujudkan cita-cita.
Di luar kisah Panji tadi, ada juga ungkapan cinta pada leluhur. Setidaknya itu terwakili tari topeng ”Hudog” dari Kalimantan Timur dan ”Gundala-Gundala” dari Sumatera Utara. Kedua tarian ini menampilkan topeng yang seram dan bernuansa mistis.
Festival Topeng Nusantara di Cirebon ini bisa menjadi awal yang baik untuk mendorong seni tradisi menemukan relevansinya di tengah perubahan zaman. Sayangnya, dalam festival ini, pentas seni topeng masih terasa dikemas sebagai hiburan yang berkelebat selepas makan malam. Roh seni pertunjukan tradisi yang biasa memendar kuat di tengah rakyat dipangkas menjadi paket-paket pentas wisata dalam belasan menit saja.
Kami merindukan festival yang merayakan seni topeng sebagai seni rakyat, bukan hanya jadi sajian wisata yang instan,” kata Ketua Dewan Kesenian Cirebon Ahmad Syubbanuddin Alwy.


NAMA : MOCHAMAD ZACKY MERDI

KELAS : 1KA31

NPM : 19110510

DOSEN : Asri Wulan

MATA KULIAH : Ilmu Sosial Dasar
Wayang Bangun Karakter Bangsa

Jakarta, Kompas - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, sekarang ini saatnya membangun karakter bangsa melalui nilai-nilai budaya. Karya-karya budaya bangsa itu harus diusahakan agar masuk dalam akar kehidupan melalui pendidikan sejak dini.
Hal itu disampaikan Menbudpar saat meresmikan Teater Wayang Indonesia (TWI) di Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Minggu (21/3) petang. Peresmian itu ditandai dengan pementasan drama wayang berbahasa Indonesia oleh Kelompok Swargaloka dengan lakon ”Sumantri, antara Kesetiaan dan Pengabdian”.
Jero Wacik mengungkapkan, kehidupan pribadinya ”terbentuk” oleh budaya wayang karena sejak kecil gemar menonton wayang di Bali.
Setelah Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menetapkan wayang, keris, dan batik Indonesia sebagai Warisan Budaya Dunia, kata Jero Wacik, menjadi tugas kita agar nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya bisa menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
Tugas kita sekarang tidak hanya melestarikannya, tetapi bagaimana mengusahakan agar nilai-nilai budaya itu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tugas kita bagaimana agar karya-karya budaya bangsa itu masuk ke akar kehidupan masyarakat. Itu tidak mudah, tetapi tugas itu niscaya amat penting dan mulia,” ujarnya.
Pementasan ”Sumantri” oleh Kelompok Swargaloka menampilkan kebaruan-kebaruan dalam pemanggungan yang cukup menarik. Pentas wayang orang berbahasa Indonesia yang dirintis sejak Agustus 2008 ini, dengan pementasan setiap bulan sekali, membuat berbagai eksperimen dengan tujuan meraih publik dari kalangan muda.
Pentas ”Sumantri” mendatangkan bintang tamu Fadly ”Michael Jackson” sebagai buta cakil dan Ray Sahetapi sebagai Dewa Wisnu. (asa)



NAMA : MOCHAMAD ZACKY MERDI


KELAS : 1KA31

NPM : 19110510

DOSEN : Asri Wulan

MATA KULIAH : Ilmu Sosial Dasar
REPUBLIKA.CO.ID, SERANG--Tenun Baduy memang belum setenar tenunan dari wilayah lainnya di Indonesia, seperti tenun songket. Padahal, tenun Baduy tak kalah uniknya dengan kain khas Nusantara lainnya dan disukai hingga ke mancanegara. Sejumlah komunitas tenun nusantara pun mulai melirik tenun Baduy untuk dijadikan bahan baku fashion.  


Tenun Baduy yang memiliki kekhasan unik baik dari segi bahan maupun warnanya, ternyata juga sudah pernah masuk ke pasar Eropa dan Timur Tengah, konon dari hasil tenun yang terbuat dari benang kapas warna hitam atau hitam bergaris putih, dan tekstur kainnya yang kasar, justru membuat peminat merasa nyaman dan cocok dengan cuaca di Eropa dan Timur Tengah.


Walaupun kuantitas yang dipasarkan ke Eropa dan Timur Tengah masih tidak sebanding dengan permintaan pasar. Namun melihat kenyataan demikian temyata tenun Baduy asli Banten banyak digemari. "Tentunya ini peluang pasar yang menggembirakan," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Banten, Hudaya Latuconsina, di Serang, Banten, Selasa (19/10).

Dia mengaku optimis melihat masa depan tenun Baduy di pasar dalam dan luar negeri. "Karena itu kita coba lakukan pendampingan kepada warga Baduy untuk mengembangkan motif, warna, serta ukuran tenunan," kata Hudaya.

Hudaya mengakui menemui kendala untuk mengembangkan tenun Baduy, sebab masyarakat Baduy secara kultur sulit untuk menerima perubahan. Namun, melalui pendekatan dan pengertian yang telah diberikan oleh para pendamping selama berbulan-bulan, ternyata kreatifitas masyarakat Baduy dalam menenun mulai muncul.

"Kini tenunan baduy mulai sedikit ada perubahan. Dahulu ukuran tenun baduy itu lebarnya hanya 90 centimeter, kini mereka bisa membuat sampai 150 centimeter. Kalau panjangnya kan ukuran sepanjang-panjangnya," kata Hudaya.

Dengan ukuran yang baru tersebut, tenun baduy dapat dengan mudah dikreasikan menjadi produk fashion yang lebih bernilai tambah. Karena ternyata produk fashion berbahan baku tenun baduy juga dimulai diminati masyarakat luas. Selain program pembinaan, yang bisa dilakukan Disperindang Banten yakni segera mendaftarkan karya tenun Baduy Banten sebagai hak paten milik dan karya budaya asli Suku Baduy Banten. 

"Ini perlu dilakukan karena ada perbedaan yang jelas dengan tenun dari daerah lain dan juga untuk menghindari peniruan." katanya.


NAMA : MOCHAMAD ZACKY MERDI
KELAS : 1KA31

NPM : 19110510
DOSEN : Asri Wulan

MATA KULIAH : Ilmu Sosial Dasar
Oleh Dedi Muhtadi dan Adhitya Ramadhan

Kompas/Adhitya Ramadhan Peronggeng amen dari Grup Ronggeng Girimukti, Padaherang, Ciamis, Jawa Barat menari bersama penonton di halan balai Desa Sindangasih, Banjarsari, Ciamis, Jumat, (12/2). Di bawah naungan awan-gemawan musim kemarau di Kampung Kalenanyar, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tujuh penari itu menggoyang tubuh mereka di atas tanah becek yang ditaburi kapur. Para ronggeng menari tanpa alas kaki.

Udara pukul 10 pagi gerah saat suara gamelan dan tarian ronggeng mulai hadir utuh di halaman rumah Nasum (50), keluarga yang berhajat. Orang-orang berangsur berkumpul di rumah petani penyadap kelapa dari Desa Rawaapu Kecamatan Patimuan, Cilacap, itu yang tengah melaksanakan nadar khitan untuk anak lelakinya, Faisal (9).


"Walapun kaki berlepotan tanah, kami harus terus menari untuk menghormati tamu yang datang," ujar Tati Deviati (30), penari sekaligus peronggeng primadona dari Kelompok Seni Ibing Baranangsiang asal Desa Karangsari, Kecamatan Padaherang, Ciamis, Jawa Barat.


Baranangsiang pada hari itu dapat job lintas provinsi, mereka ditanggap main di wilayah Cilacap bagian selatan di Jawa Tengah. Pertunjukan ronggeng desa dengan irama musiknya yang mengayun dan meletup-letup itu tetaplah sebuah magnet yang menarik perhatian para pria penggemar seni ngibing.

Kompas/Adhitya Ramadhan
Ronggeng amen dari Grup Ronggeng Girimukti, Padaherang, Ciamis, Jawa Barat berdandan sebelum pentas di balai Desa Sindangasih, Banjarsari, Ciamis, Jumat, (12/2).


Suatu malam-pertengahan Februari lalu-hujan deras juga tidak menghentikan antusiasme warga melihat pentas ronggeng di halaman Balai Desa Sindangasih, Kecamatan Banjarsari, Ciamis selatan.


Satu per satu penggemar berat ronggeng datang ke lokasi pementasan setelah para peronggeng dan penabuh gamelan atau biasa disebut nayaga mulai memainkan gamelan sejak pukul 20.00.


Menurut Kepala Desa Sindangasih Ahmar, ibarat artis, ronggeng memiliki penggemar beratnya sendiri-sendiri. Mereka akan mengikuti ke mana pun ronggeng favoritnya tampil.

Ronggeng amen adalah seni tradisional yang berkembang di selatan Kabupaten Ciamis. Kesenian ini banyak ditemui di Kecamatan Banjarsari, Padaherang, Kalipucang, Pangandaran, Parigi, Cijulang, hingga ke perbatasan Cilacap, Jawa Tengah, yang mayoritas bekerja sebagai petani dan bisa dua bahasa sekaligus, yakni Sunda dan Jawa ngapak. Kini sedikitnya ada 50 grup ronggeng amen di Ciamis selatan.


Seni ronggeng amen atau ronggeng kidul lahir di tengah-tengah kultur petani. Ciamis selatan adalah komunitas yang dominan dengan budaya bercocok tanam.

Dari Ciamis selatan hingga perbatasan Jawa Tengah, tempat ronggeng amen muncul dan berkembang selama ini, kawasan itu merupakan sentra produksi beras.

Setiap tahun daerah itu menjadi andalan Bulog dalam pengadaan beras. Area sawah di wilayah itu seluas 51.000 hektar dan pada tahun 2008 menghasilkan padi 601.000 ton. Angka tersebut meningkat dibandingkandengan produksi tahun 2007 sebanyak 585.000 ton.




Dahulu kala ronggeng kerap dimainkan sebagai bagian dari "ritual" syukuran masyarakat agraris atas berhasilnya panen raya padi dan selusin rangkaian upacara lain.

Bahkan, menurut penyair Sunda, Godi Suwarna, dulu ronggeng dimainkan pada siang hari di tengah sawah, untuk menemani para petani yang sedang memanen padi.


Pemimpin Kelompok Ronggeng Baranangsiang, R Devi Setia Wiguna (40), yang juga suami dari Tati Deviati, sang ronggeng, adalah seorang petani sekaligus pedagang turun-temurun. Sawah seluas 100 bata (1 bata setara dengan 14 meter persegi) warisan orangtuanya di Padaherang ia garap sendiri.

Para nayaga yang menjadi anggota kelompok seni ini pun mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh tani.

Ketika cuaca sulit diprediksi, hama menyerang, dan lahan sawah tidak bisa diandalkan untuk hidup, mereka pun kian mengandalkan panggilan pentas ronggeng untuk menghidupi keluarga.

Saat ini sudah jarang ronggeng dipentaskan untuk merayakan suksesnya panen. Pesta pernikahan atau khitanan pun kemudian biasa memanggil ronggeng untuk hiburannya.

Akan tetapi, tidak semua orang bisa memanggil grup ronggeng amen. Tarif sekali pentas sehari semalam sekitar Rp 3,5 juta, bukanlah angka yang kecil bagi petani. Hanya warga kelas sosial ekonomi mapan yang mampu menghadirkan ronggeng dengan tarif sebesar itu.

Jika seorang petani biasa, atau penyadap nira kelapa, ingin memanggil grup ronggeng, mereka harus menyiapkan uang sesuai tarif yang dipatok sejak jauh hari. Tatkala ronggeng dipentaskan, status sosial keluarga hajat pun mulai terangkat.


Ronggeng amen merupakan turunan dari ronggeng gunung, seni tradisional buhun (kuno) dari pegunungan di selatan Ciamis, yang terkenal dengan seni ketuk tilunya. Namun, ronggeng gunung yang hanya diiringi kendang dan gong ini masa kejayaannya mulai pudar tergerus orkes dangdut dan organ tunggal. Tetapi kita berharap kesenian ini tetap mampu bertahan, meskipun berat.


NAMA : MOCHAMAD ZACKY MERDI

KELAS : 1KA31

NPM : 19110510


DOSEN : Asri Wulan

MATA KULIAH : Ilmu Sosial Dasar
MADINAH - Tercatat sudah ada lebih dari 10 pasien kejiwaan yang dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Madinah. Rata-rata pasien yang mengalami gangguan kejiwaan itu sudah berusia uzur.

Jumlah ini cukup mengejutkan mengingat pelaksanaan haji baru memasuki tahap awal namun jumlah pasien sudah melonjak tinggi.



"Kalau dilihat baru awal kok sudah banyak begini," ujar Dokter Spesialis Kejiwaan BPHI dr Dahsriyati saat ditemui wartawan di kantornya, Madinah, Kamis (21/10/2010).

Pasien gangguan jiwa yang dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) sebenarnya tidak membutuhkan perawatan di atas tempat tidur. Sebab, pasien gangguan jiwa tidak mengalami sakit secara fisik.

"Jadi pasien yang mengalami gangguan kejiwaan inginnya jalan-jalan. Butuh ruangan khusus untuk merawat pasien tersebut," kata dokter spesialis kejiwaan di RS Omni ini.

Kendati demikian, Dahsriyati menyambut gembira sudah selesainya ruangan khusus bagi pasien yang mengalami gangguan kejiwaan. Sebab, ruangan tersebut akan membuat pasien kejiwaan menjadi tidak terganggu dan juga tidak mengganggu pasien lainnya. "Ada dua, satu buat pria dan satu buat wanita," ujar Dahsriyati.

Ruangan khusus bagi pasien kejiwaan ini juga meminimalisir pasien kabur dari tempat perawatan. Karena jumlah petugas yang mengawasi pasien kejiwaan tidak sebanding. Dahsriyati juga mengaku keterbatasan jumlah orang tersebut terbantu dengan adanya ruangan khusus bagi pasien kejiwaan.

NAMA : MOCHAMAD ZACKY MERDI

KELAS : 1KA31


NPM  : 19110510

LAKSANA AGUNG SAPUTRA
Tak ada yang salah dengan judul di atas. Tak salah juga jika pikiran Anda langsung terhubung dengan tagline Bung Karno yang sudah telanjur populer itu, ”Ganyang Malaysia”.
Apalagi seruan ”Ganyang Malaysia” masih menyisakan gemanya setelah keriuhan yang terjadi di publik Indonesia setelah insiden di Tanjung Berakit, Kepulauan Riau (Kepri), 13 Agustus lalu. Dan, kita semua tahu, tensi hubungan Indonesia-Malaysia saat itu sempat hangat-hangat tahi ayam.
Toh, ”Ganyang Malaysia” agaknya memang berhenti pada tagline belaka. Tak lebih dari itu. Namun, percayakah Anda bahwa pada kenyataannya, pengganyangan justru terjadi terhadap bangsa Indonesia?
Pengganyangan itu berlangsung tanpa tagline dan dilakukan selama ini dalam operasi sunyi senyap. Wajar kemudian jika kita semua tak merasa sedang diganyang.
Penyelundupan barang! Inilah pengganyangan terhadap Indonesia, inilah pengganyangan yang sesungguhnya.
Setiap tahun, barang selundupan menyerbu Indonesia lewat Kepri, provinsi yang berbatasan langsung dengan wilayah perairan Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Kamboja. Sebagian dilakukan dengan cara bergerilya, sebagian lagi terang-terangan. Ada yang diperdagangkan di Kepri, ada juga yang menjalar ke luar Kepri, termasuk sampai ke Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan Lombok.
Jenis barangnya beragam, mulai dari perabot rumah tangga, barang elektronik, peralatan kantor, mainan anak, peralatan kebugaran, berbagai jenis barang konsumsi, sampai beragam barang bekas. Dan, jangan salah, narkoba menjadi salah satu primadona di antara barang selundupan tersebut.
Dalam hal ini, ada beberapa jenis barang selundupan yang nilai strategisnya perlu lebih dicermati. Barang itu adalah beras, makanan olahan, pakaian bekas, dan narkoba. Mengacu kebijakan umum Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, beras dan makanan olahan termasuk barang impor yang tata niaganya diatur. Di sisi lain, produk narkoba dan pakaian bekas jelas terlarang untuk diimpor.
Via Malaysia
Pada awal Agustus lalu, Badan Karantina Kementerian Pertanian mengungkap adanya penyelundupan 1.400 ton beras asal Vietnam ke Kepri. Di Batam, sebagian beras yang telah dikemas ulang itu beredar dengan merek AAA dan 555. Harganya sekitar Rp 6.000 per kilogram (kg) atau lebih murah dibandingkan dengan beras dari Pulau Jawa dengan kualitas sama yang saat itu harganya Rp 6.600 per kg.
Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam Ahmad Hijazi, tidak tertutup kemungkinan beras selundupan itu juga didistribusikan ke luar Batam, bisa ke mana saja selama ada disparitas harga.
Dan, memang secara empiris, penyelundupan marak terjadi antarwilayah atau negara yang mengalami disparitas harga atas produk yang relatif sama. Konsumen tidak peduli dari mana asal barang, yang penting harga dan kualitas terjamin.
Lepas dari itu, beberapa hari sebelumnya di Batam, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Thomas Sugijata mengungkapkan penemuan penyelundupan pakaian bekas ke Indonesia. Pakaian tersebut buatan Korea, Hongkong, China, Jepang, dan Malaysia.
Jalur penyelundupannya mayoritas lewat Malaysia yang memang tidak mempersoalkan semua itu selagi tidak diperjual-belikan di negara tersebut.
Selama dua tahun terakhir, tren penyelundupan pakaian bekas meningkat dengan target pemasaran ke kota-kota besar, seperti Batam, Makassar, Surabaya, Banyuwangi, dan Cirebon. Pada 2009, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) mengungkap 18 kasus usaha penyelundupan. Barang bukti setiap kasus rata-rata 1.500 karung sampai 2.000 karung atau sebanyak 450.000 potong sampai 600.000 potong.
Sementara pada 2010, sampai dengan awal Agustus saja, total barang bukti yang disita DJBC sekitar 15.000 karung atau 4,5 juta potong. Itu artinya, usaha menyelundupkan pakaian bekas ke Indonesia tahun ini naik hampir sepuluh kali lipat dalam segi kuantitas dibandingkan dengan 2009.
Baru-baru ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Batam mengeluarkan data yang menunjukkan masifnya penyelundupan makanan olahan kemasan, obat-obatan, dan kosmetik. Tahun ini sampai dengan Juli, minimal 1.373 item produk ilegal beredar di pasar. Tahun lalu, sedikitnya 4.024 item produk ilegal beredar di pasar. Peredarannya disinyalir juga sampai ke luar Kepri.
Produk itu berasal dari Malaysia, Singapura, Thailand, China, dan Vietnam. Digolongkan ilegal atau selundupan karena tidak terdaftar di BPOM. Dalam beberapa operasi, ditemukan modus pemalsuan izin edar.
Badan POM ini seperti pemadam kebakaran saja akhirnya, semprot sana, semprot sini. Selagi hulunya tidak disumbat, hal ini akan terus berlanjut,” kata Kepala BPOM di Batam I Gde Nyoman Suandi.
Kurir narkoba
Upaya penyelundupan narkoba tak kalah marak. Setidaknya ada 11 kali usaha penyelundupan ke Batam yang digagalkan Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe B Batam mulai Januari sampai Agustus. Dari kejadian ini bisa dibaca, telah terjadi usaha penyelundupan narkoba minimal sebulan sekali. Ini belum termasuk data dari kepolisian.
Setiap kurir biasanya membawa narkoba dengan nilai mencapai miliaran rupiah. Kurir ini sebagian besar datang dari Malaysia dan selebihnya dari Singapura. Di samping diedarkan di Batam, narkoba juga didistribusikan ke kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Medan.
Kepala Badan Narkotika Nasional Gories Mere dalam jumpa pers di Kota Batam, Selasa (21/9), menyatakan, ekstasi dan sabu menjadi jenis narkoba yang tren diselundupkan ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Barang tersebut sebagian besar diproduksi di China, Hongkong, India, dan Iran.
Indonesia, menurut Gories, menjadi pasar yang menggiurkan karena margin yang sangat besar. Harga sabu di Iran pada awal tahun ini senilai Rp 100 juta per kilogram (kg). Terakhir, harganya turun menjadi Rp 50 juta per kg. Sementara di Indonesia, harganya mencapai Rp 2 miliar per kg.
Melihat kondisi geografis Kepri yang berupa kepulauan, demikian pula Indonesia secara keseluruhan, jalur penyelundupan bisa di mana saja. Sementara pintu yang relatif terawasi ketat hanya di pelabuhan resmi dan bandar udara saja.
Pelabuhan tikus
Semisal di Batam, terdapat lima pintu masuk kepabeanan, meliputi empat pelabuhan resmi dan satu bandar udara. Sementara pelabuhan tikusnya dikabarkan lebih dari 20 lokasi. Bongkar muat pun bisa dilakukan di tengah laut sehingga tak mudah dideteksi petugas.
Artinya, data penyelundupan yang berhasil digagalkan di atas tidak serta-merta menunjukkan penyelundupan menjadi gembos. Data tersebut justru bisa dibaca sebaliknya; serbuan barang selundupan masih merajalela. Bahkan, terbuka kemungkinan, barang selundupan yang lolos dan beredar di Indonesia lebih banyak daripada yang digagalkan.
Namun, kunci pintu masuk sebenarnya berada di tangan aparat. Sebagaimana diungkapkan Komandan Kapal Patroli Bea dan Cukai 10002 Suhaimi (52), penyelundupan marak dan sulit dibasmi justru karena ada aparat yang ikut bermain. Dalam bahasa premannya, aparat jadi backing.
Selama 30 tahun berpatroli, Suhaimi acap kali memergoki penyelundupan dengan pengawalan aparat bersenjata. Kalaupun tidak dengan pengawalan, minimal penyelundupan membawa ”restu” dari aparat.
Kalau semua aparat kompak dan jujur, sebenarnya penyelundupan bisa dicegah, minimal yang besar-besar,” kata Suhaimi.
Penyelundupan bukan semata persoalan kerugian negara dari sisi pendapatan bea dan cukai. Penyelundupan adalah gelombang pengganyangan terhadap rakyat Indonesia, pelan tetapi pasti.
Kalau beras selundupan terus menyusupi Indonesia, apa jadinya dengan nasib petani dan keluarganya. Kalau pakaian bekas selundupan tak henti merambah kota-kota Indonesia, apa jadinya dengan industri garmen nasional berikut jutaan buruhnya.
Generasi dalam bahaya
Kalau makanan, obat-obatan, dan kosmetik selundupan menjalar ke mana-mana, bagaimana dengan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia. Dan, kalau narkoba terus merdeka bergerilya, bagaimana dengan masa depan generasi muda bangsa Indonesia.
Sesederhana itu, penyelundupan menggempur dan melumpuhkan Indonesia. Tanpa keriuhan dan tagline, Ganyang Indonesia!



NAMA : MOCHAMAD ZACKY MERDI
KELAS : 1KA31

NPM : 19110510

DOSEN : Asri Wulan

MATA KULIAH : Ilmu Sosial Dasar
Revolusi Transportasi untuk Rakyat

Meski tidak ada korban jiwa, anjloknya rangkaian Kereta Api Harina, Kamis (21/10) dini hari di Desa Mekargalih, Jatiluhur, Jawa Barat, tetap memilukan. Ya, memilukan!
Masih segar dalam ingatan khalayak ketika 36 penumpang KA Senja Utama jurusan Jakarta-Semarang tewas akibat kereta yang mereka tumpangi ditabrak oleh KA Argo Bromo Anggrek jurusan Jakarta-Surabaya pada 2 Oktober di Stasiun Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah. Kejadian itu hanya berselang beberapa menit setelah KA Bima menyerempet rangkaian KA Gaya Baru Malam di Stasiun Purwosari, Solo, Jawa Tengah. Seorang penumpang KA Gaya Baru Malam tewas dalam kejadian itu.
Ketika banyak negara yang juga memiliki riwayat panjang perkeretaapian, seperti Perancis, Jerman, dan Jepang, terus berkembang, bahkan negara-negara baru seperti China juga melaju dengan kereta-kereta berkecepatan tinggi, di Indonesia kisahnya sungguh berbeda. Selain dirundung persoalan layanan yang belum prima, jaminan keselamatan pun masih menjadi masalah serius.
Padahal, menurut pengamat perkeretaapian Moch Hendrowijono, kereta api adalah moda transportasi masa depan. Ia tidak hanya ramah lingkungan dan hemat bahan bakar, tetapi juga mampu membawa barang dan penumpang dalam jumlah banyak. Dari aspek ini, kereta api jelas sangat berbeda dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya, seperti bus atau truk.
Namun, sebagaimana diungkapkan Ketua Badan Anggaran DPR Harry Azhar Azis dalam satu seminar tentang transportasi, beberapa waktu lalu, volume kendaraan bermotor justru terus bertambah. Bus pariwisata, misalnya, jumlahnya naik 7,58 persen, sementara panjang jalan tidak banyak bertambah.
Langkah baru
Meskipun rekam jejak Indonesia di bidang perkeretaapian memang buruk, dengan pangsa pasar penumpang kereta hanya sekitar 6 persen dan kurang dari 1 persen untuk angkutan barang, moda ini sangat berpotensi untuk dikembangkan. China contohnya. Di negeri ”Tirai Bambu” itu, sekitar 60 persen barang dari sentra produksi menuju pelabuhan diangkut dengan kereta api. Demikian pula di India, tercatat 40 persen barang diangkut dengan kereta api. Dengan demikian, ada efisiensi logistik yang ikut andil menumbuhkan perekonomian negara setempat.
Potensi itulah yang, menurut Hendrowijono, layak dibidik oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), apalagi selama ini terbukti bahwa keuntungan PT KAI sebagian besar dibukukan oleh angkutan barang seperti batu bara. Selain itu, tentu saja diperlukan upaya peningkatan pelayanan untuk angkutan penumpang.
Kamis kemarin, ketika rangkaian KA Harina terperosok, di belahan lain bumi diberitakan kereta api supercepat (320 kilometer per jam) ICE milik perusahaan Jerman, Deutsche Bahn, melaju sukses dari Perancis menuju Inggris.
Direktur Deutsche Bahn Ruediger Grube mengatakan, ”Kami yakin di masa mendatang perjalanan kereta api di Eropa menjadi permulaan sebuah zaman baru.”
Uni Eropa kini sedang mendorong efisiensi perjalanan di seantero Eropa. Dan, kereta api jadi pilihan utama sebagai sebuah perjalanan yang lebih mudah dan ramah lingkungan.
Jumat pekan lalu, Swiss pun mempertontonkan keberpihakannya pada kereta api, yakni ketika ratusan pekerja Terowongan Gotthard Base mensyukuri tembusnya terowongan kereta terpanjang di dunia (57 kilometer) itu. Ancaman kemacetan di masa depan, dan keinginan untuk melindungi ekologi Gunung Alpen, mendorong proyek itu dimulai 18 tahun silam.
November 2009, orang terkaya di dunia, Warren Buffett, juga menginvestasikan uang senilai 34 miliar dollar AS di sektor perkeretaapian. Buffett membeli saham Burlington Northern Santa Fe sebagai bentuk kepercayaan pada masa depan dunia perkeretaapian.
Kasus Indonesia
Meski berbagai tragedi menghantam, bukan berarti Indonesia harus patah arang. Direktur PT KAI Ignasius Jonan, Rabu di kantornya, menceritakan bagaimana Iran membangun sekitar 160 kilometer jalur mass rapid transit (MRT).
Dengan dukungan kuat pemerintah, MRT di Iran selesai dalam tiga tahun saja. China Railway mengirim 2.000 tenaga kerja untuk bekerja siang malam,” kata Jonan. Tanpa banyak hiruk-pikuk dan perdebatan, MRT di Iran berhasil dioperasikan.
Setidaknya, Indonesia harus mampu berbuat serupa. Sebab, masa depan kita—masa depan sosial dan masa depan ekonomi—akan bergantung pada transportasi ini.
Keberpihakan negara maju, Eropa dan Amerika, kemudian ”macan” baru perekonomian seperti India dan China pada perkeretaapian dapat jadi contoh betapa pentingnya kereta api. Lagi pula, menambah jalan pun tak akan mampu menyelesaikan masalah. Penambahan jalan hanya mungkin untuk membuka kawasan, bukan untuk melayani wilayah padat seperti Jawa dan Sumatera.
Kemacetan di Jakarta seharusnya menyadarkan kita betapa buruknya menyerahkan transportasi kepada mekanisme pasar. Terlebih lagi ketika masyarakat terus dirangsang dengan kemudahan memiliki dan menggunakan kendaraan pribadi.
Tom Vanderbilt dalam bukunya, Traffic (2008), pun membuat bab tersendiri berjudul ”Why More Road Lead To More Traffic”. Intinya, dia mengisahkan mengapa pembangunan jalan baru hanya akan menarik minat lebih banyak orang naik kendaraan pribadi. Setelah jalan dibangun, ruang yang tercipta hanya sekejap dinikmati, untuk kemudian macet lagi.
Oleh karena itu, mari kita beralih ke kereta api....



NAMA : MOCHAMAD ZACKY MERDI
KELAS : 1KA31

NPM : 19110510

DOSEN : Asri Wulan

MATA KULIAH : Ilmu Sosial Dasar
Sumber: Kompas




Menembus Brunei, Gamang di Negeri Sendiri


Pertunjukan Wayang Menak dengan lakon Amir Hamzah Berguru dibawakan dalang Ki Junaedi dari ISI Yogyakarta, di tengah Seminar dan Pengenalan Wayang Menak yang diadakan oleh Asosiasi Wayang ASEAN bekerja sama dengan Angkatan Sasterawan dan Sasterawani Brunei, di Dewan Bahasa dan Pustaka, Bandar Seri Begawan, Brunei, yang berlangsung pada 13-17 Oktober 2010.
Satu jam sebelum keberangkatan delegasi dari Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia ke Brunei dengan misi mengenalkan wayang menak Indonesia kepada masyarakat Brunei, Rabu (13/10), dalang wayang suket Ki Slamet Gundono melayangkan pesan singkat secara beruntun yang memuat kegalauannya akan eksistensi wayang di Tanah Air.
Ia melaporkan sejumlah insiden yang menimpa pementasan wayang kulit di beberapa daerah, terutama di sekitar Solo, Jawa Tengah, yang mendapat intimidasi dari kelompok orang yang mengatasnamakan agama.
”Kasus terakhir di Bekonang. Saat jejer wayangan, datang kelompok itu sehingga wayangan terpaksa berhenti, lalu terjadi nego. Karena dalang dan tuan rumah bertahan, wayangan tetap dilanjutkan. Ini juga terjadi di Forum Watak. Wayangan mereka anggap musyrik,” tulis Slamet Gundono dalam pesan singkatnya.
Ketua Dewan Kesenian Sukoharjo Joko Ngadimin menjelaskan, insiden di Desa Sembung Wetan, Bekonang, terjadi pada Sabtu (9/10) malam. Sekitar 300 orang ”mengamuk” setelah terpancing provokasi dari warga penonton wayang kulit. Pentas wayang sempat terhenti beberapa saat, tetapi bisa berjalan lagi.
Berbagai kalangan menilai aksi sweeping yang dilakukan oleh kelompok itu terhadap pergelaran wayang di berbagai daerah, baik di kota dan pedesaan di sekitar Solo belakangan ini, merupakan intimidasi terhadap bentuk ungkap budaya yang selama ini memiliki daya hidup di masyarakat.
Pengurus Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi) dan Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) yang menerima laporan spontan menyampaikan keprihatinannya. Ketua Umum Senawangi H Solichin meminta agar insiden-insiden yang menimpa dalang dan pentas wayang di daerah hendaknya dilaporkan berikut datanya secara rinci.
Ketua Pepadi Ekotjipto mengidentikkan aksi kelompok yang mengatasnamakan agama tersebut sebagai premanisme. ”Sekarang ini premanisme merebak di kalangan elite, baik yang berkedok agama, politik, maupun lainnya. Para dalang harus berani menghadapi premanisme seperti itu,” ujar Ekotjipto.
Sekretaris Jenderal Senawangi Amb Tupuk Sutrisno mengungkapkan, pihaknya telah melaporkan fenomena yang tengah merundung dunia pertunjukan wayang di Tanah Air itu kepada Sekjen Kementerian Agama Nazaruddin yang ditemui di Bandar Seri Begawan, Brunei, pekan lalu. ”Pak Nazaruddin berpesan agar persoalan ini tidak di-blow up. Kita juga diminta introspeksi karena menurut beliau, dalam kasus sweeping itu, sering kali didapati warga yang mabuk-mabukan dan bermain judi,” katanya.
Lolos sensor
Bayang kecemasan terhadap dunia wayang di Tanah Air itu sejenak terlupakan saat rombongan Senawangi menginjakkan kaki di Bumi Brunei. Di negeri yang menganut asas Melayu Islam Beraja ini, Senawangi sengaja ”menawarkan” pertunjukan wayang menak kepada rakyat Brunei (400.000 jiwa). Langkah ini sebagai tindak lanjut Sidang APA III di Manila, Februari 2010.
Brunei adalah satu-satunya negara, dari 10 negara anggota ASEAN, yang belum memiliki seni pertunjukan wayang. Pengertian ”wayang” di sini—disepakati oleh ASEAN Puppetry Asociation (APA) atau Asosiasi Wayang ASEAN—bukan hanya wayang kulit, tetapi juga wayang golek, wayang beber, atau seni pertunjukan boneka (marionnette), termasuk pertunjukan teater tradisional yang membawakan kisah wayang.
Di Brunei, pengertian ”wayang” adalah segala jenis teater, termasuk film. ”Pertunjukan wayang yang dibuat, seperti tayangan di televisi, biasanya sebagai media pendidikan untuk anak. Adapun wayang sebagai budaya tradisi, serta dipertunjukkan secara berkala seperti di Indonesia, belum terdapat di Brunei,” papar Dr Zefri Ariff, budayawan dari Angkatan Sasterawan dan Sasterawani Brunei (Asterawani) dalam Seminar Wayang ASEAN, di Dewan Bahasa dan Pustaka, Bandar Seri Begawan.
Pembicara lain dalam seminar adalah Prof Ghulam-Sarwar Yousof (Malaysia), Dr Suyanto (Indonesia), Prof Amihan Bonifacio-Ramolete (Filipina), dan Dr Chua Soo Pong (Singapura). Seminar yang diikuti pengenalan wayang menak oleh Didy Indriani Haryono dari Senawangi ini dibuka oleh Pejabat Menteri Kebudayaan, Belia dan Sukan, Datin Adina binti Othman.
Didy Haryono memaparkan, wayang menak yang memuat ajaran Islam berkembang di Jawa pada abad ke-17. Kisah menak diangkat dari ”Hikayat Amir Hamzah” yang populer di masyarakat Melayu. ”Menak artinya bangsawan atau ningrat. Ini berhubungan dengan sistem kerajaan yang berlaku di Jawa saat itu,” ujar Didy seraya menambahkan, karena itu jenis wayang menak cocok untuk dibawakan di Brunei mengingat pemerintahannya juga menganut sistem kerajaan (monarki absolut).
Tawaran dari Senawangi yang memilih wayang menak sebagai pertunjukan di Brunei, menurut Tupuk Sutrisno, sebagai ”perjalanan panjang menembus Brunei”. Dari Kedutaan Besar RI di Brunei, pihaknya memperoleh gambaran tentang kesulitan yang bakal dihadapi di Brunei mengingat masyarakatnya berpegang teguh pada nilai-nilai agama (Islam). Selain itu, semua pertunjukan untuk umum harus melalui prosedur sensor.
Sebagai prosedur awal, untuk pertunjukan wayang di Brunei itu, pihak Senawangi harus mengantungi ”surat kebenaran” atau semacam letter of trust. Surat sakti tersebut baru diterima Senawangi tiga hari menjelang keberangkatan ke Brunei. Dan, sebelum dipertunjukkan untuk umum pada Sabtu (16/10), baik wayang menak dengan lakon ”Amir Hamzah Berguru” serta wayang purwa dengan lakon ”Anoman Duta” mesti menjalani uji sensor yang dilakukan Kementerian Dalam Negeri Brunei.
Ada delapan pegawai kementerian yang dikirim untuk menyaksikan pertunjukan wayang yang dibawakan oleh dalang Ki Junaedi (wayang menak) dan Ki Anton Surono (wayang purwa). Setelah 20 menit menyaksikan pergelaran, petugas sensor menyatakan wayang dari Indonesia itu lolos untuk dipertunjukkan.
Apresiasi
Penonton yang hadir di Balai Sarmayuda, tempat pementasan, umumnya mengapresiasi pertunjukan wayang dari Jawa itu. Mereka tampak surprise ketika menyaksikan wayang purwa yang dibawakan Ki Anton Surono yang atraktif dengan dialog-dialog berbahasa Inggris berlogat Tegal, tetapi justru terasa komunikatif.
Sait Haji Jali, Dayangku Hj Fatimah, dan Pangiran Ratna Surya dari Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei menyatakan kekaguman mereka akan budaya wayang yang berkembang di Indonesia. ”Akan sangat sayang kalau budaya tradisi seperti ini punah,” ujar Sait.
Ketiganya tidak melihat wayang identik dengan budaya Hindu, atau sebagai media pemujaan terhadap dewa-dewa. ”Kalau dalam pertunjukan wayang itu didahului dengan mantra-mantra atau pakai sesaji dan membakar kemenyan sehingga orang menjauhi syariat agama, itu yang tidak boleh,” tutur Dayangku Hj Fatimah.
Ketua APA Brunei H Abdul Hakim bin H Moh Yassin mengatakan, setelah menyaksikan pertunjukan wayang dari Indonesia, kalangan budayawan akan mengkaji lebih lanjut bentuk wayang yang cocok diciptakan di Brunei. Tentang anggapan bahwa Pemerintah Brunei melarang pertunjukan boneka sebagai identik pemujaan kepada dewa, Zefri Ariff menjelaskan, larangan itu tidak seketat seperti disangkakan orang. Pasalnya, maskot ayam KFC atau Donald Bebek berbentuk patung pun bisa diterima di Brunei.
Respons positif serta apresiasi masyarakat Brunei terhadap wayang Indonesia itu melegakan dan merupakan sebuah kejutan bagi delegasi dari Senawangi. Namun, di Tanah Air, eksistensi kesenian wayang justru mendapat tantangan baru. Bukan karena transformasi sosial atau modernitas yang menggilas nilai-nilai luhur di dalam wayang, melainkan ”momok” yang lain....



NAMA : MOCHAMAD ZACKY MERDI
KELAS : 1KA31

NPM : 19110510

DOSEN : Asri Wulan

MATA KULIAH : Ilmu Sosial Dasar

Rabu, 06 Oktober 2010

Beberapa menit yang lalu, tim pengembangan Ubuntu mengeluarkan Release Candidate (RC) versi dari sistem yang akan datang 10.10 Ubuntu (Maverick Meerkat) operasi, akan dirilis pada 10 Oktober 2010. Seperti biasa, kami sudah download salinan itu dalam rangka untuk membuat Anda tetap up-to-date dengan perubahan terbaru dalam pengembangan Ubuntu 10.10.


Apa yang baru di Ubuntu 10,10 RC? Nah, ini adalah rilis pengembangan terakhir dari sistem operasi Ubuntu yang akan datang 10.10, dan setiap orang harus mendapatkannya dan mengujinya! Ini hampir sama dengan versi terakhir, yang akan dirilis dalam 10 hari dari hari ini!
10.10 Ubuntu Release Candidate hadir dengan versi final dari lingkungan desktop GNOME 2.32.0.
Shotwell sekarang adalah penampil gambar defaul dan editor, dan diganti F-Spot. Juga, Gwibber menerima dukungan untuk sistem otentikasi Twitter baru, dan perbaikan lainnya.
Sound Indikator applet telah sangat ditingkatkan untuk menyertakan kontrol untuk pemutar musik. Morover, Ubuntu Software Center dan Ubuntu Satu jasa yang diterima banyak perangkat tambahan!





Ubuntu Netbook Remix 10,10 RC Persatuan fitur antarmuka baru dan menakjubkan!





Apa yang baru dalam Kubuntu 10,10 RC? Nah, versi Beta Kubuntu 10.10 dibangun di atas KDE Software, Kompilasi 4.5.1 yang membawa banyak fitur menarik.
PulseAudio sekarang server suara default, BlueDevil adalah standar bluetooth stack, Global Menu telah ditetapkan secara default untuk Plasma Netbook, Rekonq adalah browser web default, dan Ubiquity installer telah dirubah.



Apa yang baru di Xubuntu 10,10 RC? The Release Candidate versi Xubuntu 10.10 dibangun di atas lingkungan desktop Xfce 4.6.2. Ini juga termasuk wallpaper baru.
Pada 10 Oktober, 2010 Ubuntu 10.10 (Maverick Meerkat) akan menjadi rilis ketiga belas dari sistem operasi Ubuntu. Sampai jumpa lagi dalam 10 hari, untuk merayakan rilis final dari sistem Ubuntu 10.10 (Maverick Meerkat) yang beroperasi!

sumber: http://www.lintasberita.com