Enjoy Reading

Kamis, 31 Maret 2011

Selagi menjadi mahasiswa, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menyalurkan bakat dan minat. Sebagian mahasiswa melakukannya dengan aktif mengikuti kegiatan kesenian sekaligus berpartisipasi melestarikan budaya bangsa.
Budaya tradisional harus dijaga. Sebagai generasi muda, wajib hukumnya menjaga warisan budaya bangsa. Apa lagi yang bisa kita lakukan melihat pengklaiman budaya bangsa oleh negeri lain, kalau bukan menjaganya? Dengan mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan bidang seni budaya, kita turut menjaga kelestariannya.
Mahasiswi jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Francisca Romana Mia, mengungkapkan, sejak semester pertama ia ikut unit kegiatan mahasiswa (UKM) Karawitan.
”Berawal saat saya masih siswa SMP, melihat kakak-kakak di Muda Mudi Katolik (Mudika) menabuh gamelan di sebuah acara. Senang melihat mereka, saya jadi ingin belajar juga,” ungkap Mia.
Di kampus, Mia langsung mendaftar di UKM Karawitan USD dan belajar menabuh gamelan dari nol. ”Susah-susah gampang, apalagi alat gamelan di kampus jumlahnya terbatas, kami harus mengantre. Tak setiap latihan, kami bisa memegang alat,” katanya.
Di tempat Mia berlatih, ada dua set gamelan, gamelan laras slendro dan laras pelog. Mia dan teman-teman harus bisa memegang semua alat gamelan, seperti bonang, peking, dan dengung.
Tak ada darah seni di keluarga Mia, tapi dia tekun belajar karawitan di kampus. Mahasiswi semester enam ini sedang berlatih gamelan untuk acara wisuda di kampus.
”Biasanya kalau sedang dibuka pendaftaran untuk bergabung UKM Karawitan, banyak mahasiswa mendaftar, bisa sampai 200 orang. Tiba saat latihan, cuma sedikit yang datang. Apalagi kalau tahu tak bisa langsung memegang alat, mereka suka malas datang,” ceritanya.
Mahasiswa dilibatkan
Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Irene Mutiara, mengatakan, setiap tahun Pemerintah Kota Solo menggelar Solo Batik Carnival dan Solo International Performing Art. Pada dua acara itu banyak mahasiswa yang dilibatkan sebagai panitia pelaksana dan pengisi acara.
”Bergabung dalam dua acara itu juga bentuk apresiasi dan sumbangsih mahasiswa untuk melestarikan seni budaya bangsa. Tak bisa menari atau menabuh gamelan bukan lagi alasan untuk tidak peduli pada seni budaya daerah,” tandasnya.
Ada juga generasi muda yang melestarikan seni budaya dengan memilih belajar secara formal. Salah satunya mahasiswi Jurusan Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Patrisia Devitasari. Ia mengatakan, salah satu yang memotivasi dirinya memilih belajar Sastra Jawa karena banyak generasi muda yang memilih belajar budaya asing.
”Di Sastra Jawa, selain mempelajari bahasa dan aksara Jawa, saya juga belajar mengenal wayang, batik, dan bermain gamelan. Walau orang memandang itu kuno, tetapi buat saya itu keren. Jarang, lho, orang bisa membaca teks kuno beraksara Jawa,” katanya.
Menurut dia, untuk menghargai budaya sendiri tidak susah, cukup mempelajari salah satu budaya Indonesia dengan serius. ”Banyak orang yang sanksi terhadap masa depan mahasiswa yang belajar di jurusan astra daerah dibandingkan mahasiswa yang belajar di sastra lainnya. Buat saya, panggilan hati untuk mempelajari budaya sendiri lebih penting ketimbang masa depan atau pekerjaan. Saya merasa bertanggung jawab pada budaya sendiri,” ujarnya.
Menjadi pelatih
Cinta terhadap seni budaya Indonesia juga ditunjukkan Aryarangga Ramadhika, lulusan jurusan Administrasi Niaga, Universitas Atma Jaya, Jakarta. Meski sudah lulus, Arya tetap aktif di UKM Karawitan Jawi kampusnya.
Arya bergabung dengan UKM Karawitan sejak semester tiga, sekitar tahun 2004. ”Pelatih karawitan biasanya hadir hanya untuk mengajar senior dan saat ada acara di mana kami harus belajar lagu baru. Ini membuat kami belajar sesuatu yang baru, selain kami pun mesti bisa melatih anggota baru,” katanya.
Dengan cara seperti itu, di UKM Karawitan, anggotanya tak hanya belajar memainkan alat gamelan, tapi juga dikondisikan bisa melatih anggota baru dengan alat gamelan masing-masing. ”Misalnya, siapa anak bonang, nah dialah yang akan mengajarkan teman baru berlatih memainkan bonang,” ujarnya.
Seperti UKM lain yang sepi peminat, Arya mengungkapkan anggota UKM Karawitan juga datang dan pergi. ”Pasang surut anggota saat latihan menjadi kendala tersendiri, apalagi tempat latihan kami cukup mungil untuk satu set alat gamelan. Jadi, kami sadar ’hukum rimba’ pasti berlaku. Bagi yang benar-benar tertarik biasanya bertahan, tapi mahasiswa yang minatnya setengah-setengah akan ’hilang’ sendiri,” katanya.
Sebagai pelatih, Arya juga melakukan berbagai hal supaya suasana latihan menyenangkan. ”Untuk menghindari kejenuhan, kami merotasi anggota baru dalam memainkan alat. Jadi, suasana latihan tak monoton, anggota juga berkembang kemampuannya,” ungkap Arya.
Banyak pilihan
Sebenarnya, sebagian kampus di Tanah Air telah menyediakan banyak pilihan kegiatan berkaitan dengan seni budaya yang bisa diikuti mahasiswa. Misalnya, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti di Jakarta yang menawarkan dua kegiatan kesenian seperti tari tradisional dan kolintang.
Universitas Indonesia juga memiliki UKM Tari. Di sini mahasiswa bisa belajar tari-tarian dari sejumlah daerah, mulai dari Nanggroe Aceh Darussalam, seperti tari saman, sampai tari-tarian dari Sumatera Barat dan Bali.
Institut Teknologi Bandung juga mempunyai berbagai kegiatan dalam wadah UKM Kesenian. Mahasiswa bisa belajar mulai dari kesenian Sunda sampai kesenian Minangkabau. Sementara Universitas Padjajaran, Bandung, antara lain mempunyai kelompok degung Sunda.
   Ketika fasilitas yang berkaitan dengan seni budaya bangsa sudah tersedia di kampus, sesungguhnya tidak ada lagi alasan bagi generasi muda untuk tak memedulikannya. Tinggal kesadaran mahasiswa untuk menjaga dan turut aktif melestarikan seni budaya bangsa.
Banyak cara bisa kita tempuh, mulai dari belajar aktif menari lalu menyebarluaskannya, sampai mempelajari dan menerapkan nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari. Di sini kemauan kuat dan kesungguhan mahasiswa sebagai generasi muda benar-benar diutamakan.
Untuk merawat seni budaya bangsa, relatif tidak diperlukan modal materi yang besar. Kreativitas, kesungguhan, dan kesadaran bahwa seni budaya itu menjadi bagian dari jati diri kita menjadi modal utamanya.

Sumber : Kompas.com

Nama : MOCHAMAD ZACKY MERDI
NPM : 19110510
Kelas : 1KA31

Categories: ,


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 komentar:

Posting Komentar