Akhir-akhir ini, Indonesia kembali dilanda musibah. Sudah lewat masa Tsunami dan gempa bumi, eh sekarang datang lagi bencana longsor dan banjir Kalau untuk warga Jakarta sih bencana banjir mungkin sudah biasa karena sudah langganan setiap tahun selalu disinggahi gerombolan air yang katanya sih kiriman dari Bogor akibat meluapnya sungai Ciliwung. Yang baru terdengar kemarin adalah bencana longsor yang melanda daerah Pasir Jambu Ciwideuy, Bandung. Menurut kabar yang beredar bahwa dalam bencana tersebut terdapat 26 orang yang meninggal.
Entah ada apa dengan Indonesiaku tercinta, rasanya ngga henti-hentinya dilanda musibah. Musibah ini ternyata ngga melanda rakyat kecil saja, kalau yang di Ciwideuy atau di daerah yang terkena banjir, kebanyakan yang menjadi korban (baca : mendapat musibah) adalah orang-orang kecil dengan kemampuan ekonomi yang standar (baca : menengah kebawah), eh orang gedean juga ternyata kebagian musibah, contohnya kasus Century, kan banyak orang yang punya tabungan gede di sana uangnya raib dibawa kabur
Saya jadi ingat lagu PeterPan, “Ada Apa Denganmu Ibu Pertiwi ??? ”
Kalau dipikir-pikir, kasian juga pemerintah sekarang, banyak sekali masalah yang harus diselesaikan. Saya aja kalau punya masalah keluarga suka pusing tujuh keliling apalagi ini yang diurusinnya sekitar 200 juta orang, ngga kebayang deh pusingnya! Tapi kalau dipikir-pikir lagi, unik juga, soalnya walaupun banyak sekali masalah yang bisa bikin pusing dan stress, tetap aja peminat untuk duduk di kursi pemerintahan selalu banyak
Yah, sebagai rakyat kecil, saya cuma berharap Allah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada pemerintah agar mampu membawa rakyatnya (termasuk saya juga ) keluar dari berbagai kesulitan dan musibah !
Saya jadi ingat sebuah pepatah yang mengatakan “Beruntunglah orang yang setiap hari dihadapkan dengan masalah”, kenapa demikian? karena dengan adanya masalah, akan mendorong kita untuk berpikir tentang cara menyelesaikan masalah tersebut, so dengan semakin sering kita berpikir, akan semakin terasah pula otak kita sehingga nantinya mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang datang di kemudian hari.
Wallahua’lam bi shawab
Rencana Pembuatan Mobil Listrik merupakan postingan sebelumnya di blog Type Approval, dan kali ini type approval akan membahas tentang Bencana Longsor Melanda Bogor. Menurut informasi yang didapat Kanghari melalui salah sumber berita yang terpercaya bahwa anggota PMI di bantu warga mengevakuasi korban yang tewas terkena longsor di Tempat Pembuangan Akhir atau biasa di sebut TPA Galuga, kampung Lalaping, Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat kemarin.
Musibah longsor kembali terjadi ditempat pembuangan akhir atau TPA Galuga, Kampung Lalamping, Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Jawa Barat kemarin. Akibat peristiwa bencana tersebut empat pemuling yaitu Wahyu yang berumur sekitar 12 tahun, Yanto yang berumur 7 tahun, Tirta yang berumur 11 tahun dan Komarudin yang berumur 17 tahun warga setempat tewas seketika dilokasi kejadian.
Menurut informasi yang diterima Type Approval Indonesia, tujuh pemulung lainnya yaitu M Yani yang berumur 20 tahun, Wardi yang berumur 16 tahun, Endang yang berumur 13 tahun, Heri yang berumur 15 tahun, Irvan yang berumur 11 tahun, Imam yang berumur 17 tahun, Titin yang berumur 20 tahun, mengalami luka-luka dan harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Daerah Leuwiliang. Informasi tersebut menyebutkan, peristiwa naas itu terjadi pada pukul 14.30 WIB saat para pemulung melakukan aktivitas di atas tumpukan sampah sambul menunggu sebuah truk menumpahkan sampah.
Menurut kabar dari pengamatan Regulatory Approval Expert in Indonesia, tiba-tiba tebing dengan tinggi 6 meter runtuh dan menimpa mereka. Diduga tebing penyangga beton tersebut tak kuat menahan beban truk yang hendak menumpahkan sampah. Posisi mereka pada waktu itu dibawah, sedangkan posisi truk diatas para pemulung tersebut. Saya kaget mendengar triakan orang minta tolong, ujar Rahmat yang berumur sekitar 37 tahun warga kampung Lalamping dan sekaligus menjadi saksi mata kejadian tersebut.
Korban berhasil dievakuasi warga sekitar dan aparat desa setempat setengah jam kemudian. Namun nasib naas menimpa empat orang pemulung yang tidak berhasil diselamatkan, sedangkan ketujung orang lainnya selamat dan mengalami lika serius di bagian kepala dan kaki. Berdasarkan pemantauan, tanah penahan beton tersebut memang cukup rapuh dan tak ada fondasi maupun rangka beton.
Menurut Compliance Services Indonesia beton yang baru dibangun enam bulan lalu oleh pemerintah kota Bogor sedikit demi sedikit membuat tanah penahan tersebut mudah runtuh. Hal tersebut disebabkan truk silih berganti menurunkan sampah diatas beton seluas 60 meter persegi. Hingga kemarin lokasi kejadian masih dipasangi garis polisi. Polisi juga mengantisipasi lokasi tersebut agar tidak didatangi pemulung maupun warga yang ingin melihat tempat kejadian karena masih rawan longsor susulan akibat hujan yang terus mengguyur.
Sekedar pemberitahuan saja, TPA Galuga merupakan area pembuangan sampah kota atau Kabupaten Bogor. Peristiwa longsor tersebut merupakan kejadian yang kedua kalinya setelah sebelumnya terjadi pada tanggal 20 Februari yang lalu. Tak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Sekertaris Daerah Kabupaten Bogor Nurhayanti yang meninjau lokasi kejadian mengatakan, kejadian tersebut tidak mengganggu operasi pembuangan sampah.
Untuk menutup TPA tersebut, kami akan mengkaji terlebih dahulu bersama Pemkot Bogor, ujaranya. Sementara itu kepala Polres Bogor AKBP Tomex Korniawan mendesak Pemkab Bogor menutup sementara area pembuangan sampa tersebut pasca longsor. Hal tersebut demi keselamatan masyarakat, khususnya pemulung. Kalau melihat kondisi kontur tanah memang tidak memungkinkan untuk tempat landasan truk untuk membuang sampah, ujarnya.
Terkait dengan dugaan kelalaian dari TPA pengelola Galuga, Polres Bogor akan melakukan penyelidikan terlebih dahulu, apakah ada unsur kesalahan manusia atau murni kecelakaan, kalau ternyata ada sisi kelalaian dari pengelola, kami akan kenakan pidana, tandasnya. Sebelumnya warga Kampung Lalamping telah meminta pemerintah untuk menutup TPA Galuga Pasca longsor yang petama.
Sekedar pemberitahuan saja, TPA Galuga merupakan area pembuangan sampah kota atau Kabupaten Bogor. Peristiwa longsor tersebut merupakan kejadian yang kedua kalinya setelah sebelumnya terjadi pada tanggal 20 Februari yang lalu. Tak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Sekertaris Daerah Kabupaten Bogor Nurhayanti yang meninjau lokasi kejadian mengatakan, kejadian tersebut tidak mengganggu operasi pembuangan sampah.
Untuk menutup TPA tersebut, kami akan mengkaji terlebih dahulu bersama Pemkot Bogor, ujaranya. Sementara itu kepala Polres Bogor AKBP Tomex Korniawan mendesak Pemkab Bogor menutup sementara area pembuangan sampa tersebut pasca longsor. Hal tersebut demi keselamatan masyarakat, khususnya pemulung. Kalau melihat kondisi kontur tanah memang tidak memungkinkan untuk tempat landasan truk untuk membuang sampah, ujarnya.
Terkait dengan dugaan kelalaian dari TPA pengelola Galuga, Polres Bogor akan melakukan penyelidikan terlebih dahulu, apakah ada unsur kesalahan manusia atau murni kecelakaan, kalau ternyata ada sisi kelalaian dari pengelola, kami akan kenakan pidana, tandasnya. Sebelumnya warga Kampung Lalamping telah meminta pemerintah untuk menutup TPA Galuga Pasca longsor yang petama.
Warga mengaku khawatir, jika hujan deras kembali mengguyur wilayah Bogor, dapat dipastikan susulan longsor kembali terjadi menurut pengamatan Kanghari. Selain bahaya longsor, kami juga sudah lama meminta pihak terkait menutup TPA Galuga. TPA tersebut juga sudah menimbulkan penyakit karena tercemarnya air milik warga dan sering tercium bau busuk yang sangat menyengat menurut penuturan salah satu warga yang tinggal di Desa Lalamping.
Sumber : Kompas.com
NAMA : MOCHAMAD ZACKY MERDI
KELAS : 1KA31
NPM : 19110510
NPM : 19110510
DOSEN : Asri Wulan
MATA KULIAH : Ilmu Sosial Dasar
0 komentar:
Posting Komentar